Rabu, 14 April 2010

Satpol PP gak berLogika

Sungguh Tragis demi Pembangunan dengan alasan Peningkatan Ekonomi maka Situs Sejarah harus dikalahkan (disingkirkan). Sedangkan di negara maju dan modern, suatu proyek akan dibatalkan jika proyek tersebut harus mengorbankan Situs Sejarah.

Kejadian di Tg.Priok pada hari Rabu 15 April 2010 kemarin sangatlah membekas di sanubari masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta.
Bentrokan antara Satpol PP DKI Jakarta yang ingin membongkar Makam Penyebar Agama Islam Mbah Priok dengan Rakyat kecil yang ingin mempertahankan keberadaan makam wali ini dan sekaligus asal muasal nama daerah Tanjung Priok.

Satpol PP dengan wajah sangar (macam org mo Pup) bergerak menuju situs sejarah itu, mengusir para warga dengan kasar, menyeret dan memukuli seenaknya(Sadis). Dimana Logika mereka terutama Komandan yang memberi perintah ?! Jangan berpikir Pendek Bung ?!
Sikap arogan para Satpol PP tentu membuat geram rakyat kecil.
Sehari-hari mereka berpatroli di wilayah Jakarta dengan alasan menertibkan bangunan atau para Pedagang yang tidak berizin.
Namun yang ada mereka melakukan Pungli pedagang, mungkin berdalih uang keamanan. Apakah itu yg disebut Penegak Ketertiban, seperti OPAS jaman Belanda yang menariki Pajak rakyat jelata untuk disetor ke Kompeni.

Sikap Arogan Satpol PP karena mayoritas mereka tidak diberi pendidikan yang sesuai. Apakah mereka mengerti tentang Sosiologi masyarakat yang Pluralisme dijakarta (gw jg gak pinter sih). Apalagi HAM, pasti mereka keblinger.
Kelakuannya melebihi aparat penegak hukum sebenarnya.

Sudah harusnya Tugas Pokok Satpol PP segera dievaluasi, jangan cuma jadi perpanjangan tangan para penguasa dan investor yang cuma cari keuntungan sesaat.
Jangan Bentuk Satpol PP sebagai Titisan OPAS jaman Belanda.
Kalau Satpol PP tidak mau berubah dan menuju jalan yang benar, mending dibubuarkan saja.



4 komentar:

Unknown mengatakan...

Tapi rasanya sih satpol pp ga akan bergerak kalo ga ada yang nyuruh. SatPol PP itu kan cuman "pesuruh".
Tapi di kesatuan satpol PP juga kayanya tidak ada pembelajaran tentang kontrol emosional.

Adi Heryadi mengatakan...

logika berfikir aparatur yang perlu direstorasi, dan paradigma berfikir aparat yang sudah bergeser sebagai pelayan rakyat secara umum kemudian direduksi menjadi pelayan rakyat yang mempunyai modal yang dilayani, sedangkan rakyat jelata dan kaum proletar tidak layak untuk dilayani kalau bisa dan di babat habis dari Jakarta.

Mungkin sudah waktunya Aparatur Pemerintah DKI Jakarta membuat Perda "ORANG MISKIN DILARANG TINGGAL DI JAKARTA"

tIgA dArA mengatakan...

orang-orang yang ber-duit yang berbicara...ada misi 'politik' yang mempengaruhi dan akhirnya peristiwa ini terjadi...entah apa yang mereka rencanakan.

Kesepian Dunia-ku mengatakan...

@HardyBoyz : Yang Kroco2 dilapangan dapet perintah dari Komandan, Komandan dapet Perintah dari ??? Perlu Bimbingan Mental Pak [trims udah Mampir, c.u at BB]

@adi : Kalo org Miskin tinggal di Jakarta, pasti sampah2 berserakan, gak ada yg nyapi di jalan. Rakyat Miskin juga punya arti dan mempengaruhi. [tks 4 ur comment, so quality commnet]

@tiga dara : Stop Berpikir Pendek, Restorasi Logika Pelayan Rakyat memang perlu. [rajin mampir and plis follow my Blog]